Menulis - Bermula saat terjadi konflik batin terus menggerogoti rasa penat & tanya dalam jiwa membuat seorang Mahasiswa universitas politeknik di Bandung tersedu meratapi, ia adalah "Salman Alfarizi".



Kala gelap awan mulai menutupi langit yang biru, secangkir kopi susu lama kelamaan surut melepas dahaga asamnya mulut, bertemankan kepulan asap saat petang itu disudut cendela beralaskan genting kos-kosan. Pikiran pun bak melayang bagai asap tersapu angin.

Namun hanya sekilas saja dan apalah daya, Salman bergumam tak bernada "mengapa penat & bayang-bayang tanda tanya (?) itu tak jua mengilang dari kepalaku, ada apa denganku sebenarnya..?" Salman pun kembali meratapi penuh cemas.

Teringat oleh pesan sang paman Adi "tunjuklah satu bintang paling terang dilangit, dan bayangkan itu adalah kamu". Dilihatlah langit oleh Salman, mata sayu itu menyusuri lepas atap biru dilapang udara. Mencari titik terang cahaya bintang nan jauh dimata penuh dengan harap.

Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 00.11 wib saat itu. Titik terang cahaya yang ia caripun tak juga kunjung menampakkan cahayanya. Tumpukkan kelap awanpun justru kian selimuti rapat selah-selah birunya langit. Hembusan lesu akhiri pencarian Salman Alfarizi petang itu dan hanya berkata "saat ini bintangpun sedang merindukan bulan".

Detik demi detik, waktu terus berputar tak bisa diterka oleh angan, terus dan terus berputar. Angan berharap waktu lalu dapat terulang kembali, untuk menutupi bercak noda hitam sampai kini tak bisa pudar. 

Ini adalah kisah hidup sang pencari Salman Alfarizi. Terluka atas pertanyaan hati menuai konflik dalam diri-nya karena tak juga mendapat jawaban. Plus penyesalan karena membuat kecewa orang no.1 yang disayang-nya, diri semakin tersudutkan oleh pilu.

Hari demi hari tetap dilalui-nya dengan sisa-sisa harapan. Namun harapan itu, tetap ternodai, dipenuhi sisa-sisa bercak hitam yang lalu. Merasa kotor, hina dan dipandang sebelah mata. Menyusuri jalanpun tertatih, lelah dan sakit rasanya. Dalam hati Salman berkata ketika akhiri rutinitasnya : "Ah..!! Ingin rasanya terbang lepas bersama puting beliung. Hanyutkan badan diderasnya terpaan ombak dilaut biru."

Akhirnya, sampailah Salman disuatu tempat. Tempat satu-satunya dimana ia bisa melepas segala penat, letih dan sakit dalam diri-nya. Pintu kos-kosan bersambut, menyapa Salman dengan bunyi aneh tapi familiar, ngieekk...!! Oh ternyata itu suara pintu kamar kosan Salman yang berkarat..!!

Dimanjanya punggung Salman dengan kasur tipis berlumut tapi terbungkus rapat sprei disertai bau menyengat, wangi-wangian khas orang tua. Entah itu bau atau wangi oh ternyata.., berasal dari minyak nyong-nyong..!! membasahi sprei tempat tidur Salman. Selepas dipakai tadi malam saat tengah malam untuk mengurangi rasa mual, Salman tak sadarkan diri minyak nyong-nyong-nya tumpah.

Bersambung again...

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

© Menulis ~ Seni & Hiburan - All rights reserved. Powered by Blogger