Menulis - Saat itu lonceng jam dinding berdering nyaring menunjukkan pukul 12.00 wib. Saat itu kulihat guru mengajiku, Kiyai Ahmad kedatangan seorang dokter dipondoknya. Dan terjadi dialog antara sang dokter dan Kiyai.



dokter (D): "Jadi kedatangan saya kemari, agar Kiyai berkenan mendo'akan saya menjadi seorang yang alim, disayang Allah, hingga ketika meninggal kelak, bisa masuk syurga"

Kiyai (K): "Insya Allah dokter. Namun, dapatkah dokter membantu saya juga??" Raut wajah yang berseri diawal tadi, seketika berubah jadi raut tanya didahinya. Penuh tanda tanya dokter itupun menyambutnya dengan suara lantang, menjawab :

(D): "Tentu Kiyai..!!, apakah itu?"
(K): "Dapatkah dokter, mendo'akan saya, agar saya dapat menjadi dokter juga?"

(D):"Mana mungkin Kiyai..??!!"
(K):"Kenapa tak mungkin dokter?"
(D):"Untuk menjadi dokter seperti saya dibutuhkan waktu 18 tahun Kiyai, SD 6 th, SMP 3 th, SMA 3 th, kuliah kedokteran 6 th, ditambah biaya ratusan juta untuk kuliah di kedokteran. Jadi, mana mungkin hanya dengan do’a".

(K):"Untuk menjadi dokter, ternyata demikian susahnya, ya dokter?"
(D):"ya begitulah Kiyai, gak cukup hanya dengan do’a saja"
(K):"Jika begitu, apakah untuk mendapat syurga, cukup dengan do’a saja dokter??"
Ternyata, dibutuhkan waktu sepanjang hayat untuk selalu berjalan di jalanNya, seluruh kekayaan untuk dihabiskan di jalanNya dan harap sepanjang hayat untuk hanya berharap padaNya. Agar memperoleh Syurga Firdaus, yang mata belum pernah melihat, hidung belum pernah menciumnya, bahkan khayal sekalipun tak mampu menjangkaunya.

Lantas, bagaimanakah dengan dogma-dogma para ahli kitab itu?, kata motivasi para sang pujangga itu? Siapa mereka & apa tujuan mereka sebenarnya? Beriringan dengan hal itu banyak sekali muncul hadis (katanya perkataan Rasulullah) tapi doif (lemah) terkait surga, berdengung nyaring sekali dan disayangkan sampai mendarah daging pula. Dikatakan oleh 'mereka', untuk mendapatkan surgaNya itu 'mudah'.

Pendengar dan orang awam jadi korbannya, Proses jadi tersudutkan karenanya. Awalnya sih mungkin... maksudnya baik, yaitu untuk memotivasi agar kita merasa ringan untuk melakukan pergerakkan (mencari/berproses) dalam hidup (Ibadah) demi mencapai ridoNya. 

Namun fakta berkata lain, dogma plus kata motivasi itu menjelma jadi bualan tak bermakna. Bagaikan dongeng sebelum tidur, menghanyutkan dan melelapkan dalam mimpi kepanjangan. Sehingga untuk bergerakpun menjadi lamban bahkan enggan. Lupa tak sadarkan diri tidak sedikit dari kita tak menyadari, hidupnya bagai katak dalam tempurung.

Lantas bagaimanakah cara sebenarnya untuk dapat mencapai SurgaNya? Satu hal yang pasti, Surga bukan layaknya gelar, jabatan atau tempat megah yang dapat dibeli, ditawar ataupun ditipu. Surga adalah tempat dimana "yang mata belum pernah melihat, hidung belum pernah menciumnya, bahkan khayal sekalipun tak mampu menjangkaunya". Lantas bagaimana mungkin ada yang bisa mengatakan 'untuk masuk surgaNya itu mudah..?!' Wake up..!! Wake up..!! Sadarlah, bangun... dalam selimut dan mimpi kepanjanganmu (74 : 1-6).

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

© Menulis ~ Seni & Hiburan - All rights reserved. Powered by Blogger